Sepucuk Surat
Sahabat
Malam
itu rena tidur sangat lelap. Renna membuka matanya perlahan. Sekelilingnya
mulai terang itu artinya pagi sudah datang. Matanya terasa sangat berat, tapi
enggan untuk tidur kembali, matanya melirik jam kecil yang ia taruh di meja
dekat ranjang. Baru jam enam pagi jarang hari minggu seperti ini renna bisa
bangun pagi biasanya udah siang bolong aja dia masih malas untuk membuka
matanya.
Renna
beranjak dari tempat tidurnya. Ia membuka jendela di kamarnya sinar matahari
nerobos masuk. SILAU MAN ... pikirnya renna mengucek matanya yang masih ngantuk
dengan kedua telapak tangannya. Pagi ini, langit biru banget dengan kabut
memudar di tembus hangatnya sinar matahari. Renna menarik nafas dalam – dalam
cewek tuju belas tahun itu menikmati sekeliling kamarnya tapi pandangannya
terhenti pada kalender yang melekat di dinding Senin, 11 Januari 2016 “ Kapan
aku melingkarinnya???” pikir renna. Renna berjalan mendekati kalender itu ia
mengingat- ingat ada apa dengan 11 januari hingga ia melingkarinnya??
“ 11
Januari ??? Bukanya itu hari ulang tahunnya mbak sarah” renna mulai ingat “ iya
hari ini ulang tahunya mbak sarah !! renna langsung ingat pada perempuan yang
saat ini usianya tepat 25 tahun itu. Seseorang yang mempunyai semangat hidup
yang luar biasa, di usianya yang terbilang muda , mbak sarah harus menjalani
hari hari yang membosankan di rumah sakit karena penyakit yang dideritannya.
Renna
ingat waktu pertama kali ia bertemu dan kenalan dengan mbak sarah. Ia pergi ke
salah satu rumah sakit di Bojonegoro kota kelahirannya di sanalah awal
perkenalannya dengan mbak sarah , saat itu renna datang untuk menjenguk
temannya yang sakit di rumah sakit di mana mbak sarah di rawat, secara tidak
sengaja renna menabrak mbak sarah hingga kedua-duanya terjatuh. Tapi, mbak
sarah nggak marah malah sebaliknya ia menunjukkan senyum keramahannya.
“Maaf
ya mbak! Saya nggak sengaja!” hanya itu kata yang di ucapkan renna. “ ga apa –
apa saya juga salah, saya kurang hati – hati !” jawabnya dengan ramah dan
kelembutan hatinya itulah yang hingga saat ini membuat renna mengagumi mbak
sarah saat itulah renna mulai mengenal mbak sarah. Sering kali renna datang
untuk menemui mbak sarah, gak tahu kenapa, renna ngerasa nyaman banget kalau
ngomong sama mbak sarah seperti udah kenal lama banget. Dari sini renna tahu
kalau ternyata mbak sarah menderita kangker bahkan karena penyakitnya itu ,
hampir semua rambut mbak sarah rontok “ kepalannya botak “ !! setiap harinya
mbak sarah menutup kepalannya dengan jilbab yang semakin membuatnya cantik.
Sekarang, mbak sarah tidak seperti dulu lagi. Sekarang mbak sarah harus
mengandalkan kursi roda karena udah gak kuat lagi berdiri.
Herannya mbak sarah masih bisa terus tersenyum
dan bersyukur. Keceriaannya itu menutupi penyakit yang dideritanya. Renna sama
sekali gak nyangka bahwa beban hidup mbak sarah amat berat. Hal itu membuat
renna malu, dan bertanya , apa ia udah lebih baik dari mbak sarah?!.
Saat
renna bertannya tentang orang tua mbak sarah , jawabannya benar – benar membuat
renna miris . Orang tuanya udah gak mengharapkan mbak sarah lagi. “ Mungkin
orang tua mbak sarah malu punya anak yang penyakitan seperti mbak sarah! Ujar
mbak sarah dengan kesabaran hatinya. Setelah itu kedua orang tua mbak sarah
hilang entah kemana. “ kok masih ada ya orang tua setega itu!’’ Benak renna. Harusnya orang tua mbak sarah
bangga punya anak setegar mbak sarah. Sejak awal, Renna sangat mengagumi mbak
sarah . Kecantikannya, keramahannya, semangat hidupnya, bahkan semua yang ada
pada diri mbak sarah. Mbak sarah selalu
menghadapi semuanya dengan senyuman. Renna inget... bangettzzz , suatu hari
mbak sarah pernah ngomong; " Renn ,
kamu mau kan janji sama mbak sarah ??” “ Janji apa mbak ??” Tannya Renna heran
“ Apapun yang terjadi , kamu akan selalu tersenyum!!” . “ Apapun ?” . Mbak
sarah mengangguk. “ Janji ??” Mbak sarah mengulangi pertannyaan sambil mengulurkan jari kelingkingnya yang
mungil. Renna menyambut uluran tangan mbak sarah sambil berujar dengan yakin. “
janji “
Tapi,
ada satu hal yang sampai saat ini membuat renna sedih. Saat itu renna datang ke
rumah sakit dengan membawa balon . Renna menyuruh mbak sarah nulis
permintaannya pada selembar kertas lalu menerbangkannya ke angkasa. “ kalau
boleh tau, permintaan mbak sarah apa?”
Mbak
sarah menunduk. Mimik mukanya yang ceria berubah murung.” Aku salah ngomong
ya?” Hanya itu yang ada di fikiran renna saat itu mbak sarah mulai membuka
mulutnya “ Mbak sarah nggak minta banyak renn!!” Mbak sarah berhenti sejenak.
Renna mendengarkan baik – baik omongan mbak sarah. “ Mbak sarah Cuma minta,
kalau emang Allah kasih kesempatan mbak sarah buat hidup, jangan nyiksa mbak
sarah kayak gini. Lebih baik cabut nyawa mbak sarah !” ujar mbak sarah lirih.
Renna benar – banar merasa bersalah. “ Tau gini, aku gak akan bawa balon
kerumah sakit agar mbak sarah gak inget
ama beban hidupnya!” batin renna. Tapi keesokan harinya mbak sarah
kembali ceria dan tersenyum seperti sedia kala. Itulah hal terhebat, setidaknya
menurut renna , yang ada pada diri mbak sarah . Sesedih apapun, mbak sarah akan
kembali tersenyum.
Renna
bergegas meninggalkan kamarnya untuk membersihkan badan . Setelah rapi, Renna
segera pergi menuju rumah sakit yang letaknya agak jauh. Ia berniat menyewa
jasa ojek . Udah lima belas menit renna berdiri mematung disini, Tapi, gak lama
kemudian datang David lengkap dengan montor bebek dan pelindung kepalannya.
David menawari renna bareng dengannya.
Mereka
hampir sampai di rumah sakit tujuan mereka. Renna menyuruh david berhenti di
toko bunga yang letaknya gak jauh dari rumah sakit. Renna berniat membelikan
bunga kesukaan mbak sarah , Bunga Mawar. Renna sudah membayangkan ekspresi mbak
sarah ketika mendapat bunga darinya. “ Pasti mbak sarah seneng banget!” Gumam
Renna. Renna berjalan menuju kamar mbak sarah yang biasa dirawat. Seperti biasa
renna langsung nyelonong masuk. Tapi , tak didapati seorangpun didalam
kamarnya. Renna pergi keluar, kebetulan ada seorang perawat yang lewat. Renna
segera menanyakan keberadaan mbak sarah. Perawat itu menuntun langkah renna . Renna
ikut saja kemana arah perawat itu. Herannya perawat itu masuk kedalam kamar
jenazah. “ Apa maksudnya ??” pikir renna.
“ Ma’af
dengan berat hati kami memberitahukan bahwa sahabat anda telah berpulang!” ada
satu yang dititipkan sarah!” ucap perawat itu dengan mimik muka menunjukkan
kesedihan. “ Mari ikut saya !” ucap perawat itu lagi. Renna mulai menitikkan
air mata . Renna seolah gak percaya kalau mbak sarah udah pergi untuk selamanya
tepat diusianya yang ke 25. Perawat itu kembali menuntun langkah renna menuju
kamar yang ditempati mbak sarah, dan mengambil sebuah amplop dari laci meja. “
Ini dari sarah yang diberikan kepada sahabat terbaiknya, dan saya yakin yang
dimaksud adalah anda!. Renna mengambil amplop putih itu dengan tangan bergetar.
Renna sama sekali tak bersemangat untuk membacanya. Renna benar - benar gak percaya bahwa sahabat terbaiknya
telah meninggalkannya. Bahkan, keinginannya untuk bertemu orang tuanya untuk
terakhir kali gak terwujud , yang ada hanya kenangannya bersama mbak sarah.
Renna
memutuskan untuk pulang, sesampainnya dirumah renna membuka amplop dari mbak
sarah.
Dear
Renna..............
Kamu gak perlu sedih , apalagi
nangis . Mbak sarah tau kalau semua ini pasti terjadi, Mbak sarah akan pergi
dan gak mungkin kembali. Sekarang, kamu harus tepati janji kamu bahwa kamu akan
selalu tersenyum apapun yang terjadi. Hanya satu yang mbak sarah minta ,
lakukan apapun seikhlas dan semampunya. Gak perlu memaksakan diri , jika ada
cinta dan kasih sayang , semuanya pasti akan lebih mudah. Satu lagi,
tersenyumlah..... Karena dengan senyuman segala sesuatu pasti lebih indah. Mbak
sarah senang bisa kenal dan bersahabat dengan kamu. Kamu adalah teman terbaik
yang pernah mbak sarah kenal !
Selamat tinggal
Love, Sarah
Mbak sarah emang orang yang sangat luar biasa . Satu
pelajaran yang diambil renna syukuri apapun yang kita punya , gak perlu cengeng
dan mengeluh hanya untuk fasilitas dan materi yang sebenarnya udah kita punya.
Kini, Renna memutuskan untuk menutup kepalannya dengan
jilbab , agar ia bisa selalu ikhlas dan bersyukur seperti mbak sarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar